Jumat, 12 Desember 2014

I Believe in God's Plan

Dia memang bukan orang yang romantis, dia memang tidak pernah membuatku merasa menjadi seorang yang spesial, tapi entah kenapa aku suka apa pun yang ia lakukan. Walaupun kami jarang berkomunikasi itu tidak masalah, karena aku tau dia bekerja. Sehingga setiap hari aku hanya bisa menunggu dia memberi kabar, menunggu sepanjang hari hanya untuk mendengar kabar apakah dia sudah sampai di rumah, makan atau beristirahat. Aku tidak harus dikirimi pesan-pesan yang romantis, aku tidak harus mendengarkan pujian-pujian yang membuatku terbang tinggi, hanya cukup mendengar kabarnya dan dia menanyakan tentang aku pun sudah cukup bagiku. Mungkin dia tidak menyadari kalau hal sekecil itu adalah hal yang paling berharga dalam hari-hariku yang sepi. Aku selalu ingin memastikan apakah dia baik setiap waktu, menyemangatinya, dan mendoakan yang terbaik untuknya.
Aku mengira hubungan kami selama hampir 2 tahun ini berjalan tanpa rintangan yang berat. Sampai suatu hari, dia sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Pada saat dia masih di ruang ICU, seorang wanita cantik dan berpenampilan sederhana namun sangat anggun datang menjenguk dia dengan membawa sebuah parcel buah. Dia memperkenalkan diri kepada keluarganya, dan aku tau bahwa dia adalah Lili teman saat dia di SMA. Lili memang anggun dan cantik walaupun berpenampilan sederhana, dan tutur katanya yang sangat lembut membuat semua orang senang berbicara dengannya. Lili bercerita bahwa dia tidak kenal dekat dengannya sewaktu SMA, tapi semenjak 3 bulan yang lalu Lili dipertemukan dengan dia karena Lili melamar pekerjaan ditempat yang sama dengannya.
Melihat cara memandangnya pada Lili dan memberi senyum padanya, ah aku tidak pernah melihat senyumnya yang tulus seperti senyum yang ia berikan pada Lili. Aku tersadar, mengingat 2 sampai tiga bulan kebelakang sikapnya yang berubah. Dia semakin jarang memberikan kabar padaku, jika aku yang mengiriminya pesan terlebih dulu baru dia balas memberi kabar. Padahal setiap detik aku memandangi hp ku berharap ada pesan darinya. Dia juga jarang datang kerumahku, bahkan hanya sekedar mengobrol santai pun dia seperti tidak punya waktu. Dan jika dia bersamaku pun dia sering melamun memandangi hp nya seperti sedang menunggu panggilan atau pesan dari seseorang. Kalau aku tanya, dia selalu bilang, sedang menunggu rekan kerjanya menghubunginya. Aku menghapus pikiran-pikiran burukku dan mencoba mempercayainya.
Ketika hari kedua dia dirumah sakit, tiba-tiba Lili datang menjenguknya dan meminta aku yang sedang memegang semangkuk bubur memberikan mangkuk itu padanya. Kemudian Lili mengajaknya bercerita sambil menyuapinya, dan semangkuk bubur itupun habis dimakannya. Aku tidak pernah melihat tatapan yang penuh kasih sayang yang terpancar dari matanya, seperti tatapan yang ia berikan pada Lili. Hatiku terasa sakit lebih sakit dari ketika dia tidak mengangkat telponku atau tidak membalas pesanku. Lebih sakit dari rasa sakit ketika dia melupakan janjinya untuk bertemu. Lebih sakit dari rasa sakit saat dia lebih senang berchatting di pesbuk daripada membalas pesanku. Aku tidak ingin bertanya apakah dia mencintai perempuan yang sangat anggun dan baik hati itu? Karena tanpa bertanya pun aku sudah tau apa yang dia rasakan.
Hingga suatu malam, cuaca di tempatku mendung dan aku tidak menyangka hatiku juga akan ikut mendung. Malam itu dia pulang terburu-buru karena takut hujan akan segera tiba. Ketika dia telah pulang, aku melihat handphone nya tertinggal di rumahku. Dengan rasa penasaran yang begitu dalam, aku buka facebook nya karena memang dia menyimpan password facebook di hpnya. Aku termenung memandangnya, mataku berkaca-kaca karena selama dua tiga bulan terakhir ini dia sering sekali mengirim pesan yang sangat romantis pada Lili. Walaupun Lili tidak membalas pesan-pesannya, tapi hatiku teramat sangat sakit. Air mataku tidak terbendung lagi ketika dia mengatakan
“Kehadiranmu bagai beribu bintang yang bersinar menyinari hatiku yang telah lama gelap, aku tidak pernah merasakan jatuh cinta seperti ini, bahkan pada pacarku sendiri. Aku bersama dia karena keadaan yang mengharuskan ku mencintainya, karena orang tuaku terlanjur menyetujui hubungan kami. Kini aku tidak tahu apakah aku sungguh mencintainya sekarang. Tidak ada perasaan bergetar ketika memandangnya seperti aku memandangmu, tidak ada perasaan rindu yang tak pernah padam ketika aku tidak menjumpainya.”
Malam yang dingin dan gelap seakan menusuk dan mengiris-iris hatiku, sakitnya hati ini menahan air mataku. Bibirku rasanya kelu, lidahku tak bisa berkata apa-apa. Aku sakit. Betapa kecewanya aku, seseorang yang aku cintai ternyata tidak benar-benar mencintaiku. Senyumnya, candanya, tingkah lakunya semuanya palsu, hanya kebohongan belaka. Dia mencintaiku hanya karena rasa iba dan takut aku akan kecewa. Aku hancur saat itu, hanya air mata yang bisa aku luapkan, air mata yang terus meluapkan kekecewaan.
Aku hanya bisa ikhlas menerima semua ini, aku tidak mau egois, aku hanya bisa pasrah dan berdoa agar ini semua hanyalah mimpi buruk yang akan berakhir. Cintaku tidak berakhir seperti apa yang aku impikan. Akhirnya aku membiarkan dia pergi, aku mengizinkan dia pergi dan meminta dia jangan khawatir dia meninggalkanku. Karena jika dia hanya mempertahankan hubungan hanya karena takut aku akan kecewa lebih menyakitkan daripada ia meninggalkanku. Dia meminta maaf padaku atas semua yang telah dia lakukan. Aku hanya bisa ikhlas menerima takdir dari Allah bahwa seseorang yang ku harapkan bukanlah jodoh ku.
Tak lama setelah itu, ku dengar dia akan melamar Lili dan berniat menikahinya. Tapi aku juga dengar Lili telah dilamar oleh orang yang telah di jodoh kan oleh orang tuanya. Ya, Lili ternyata tidak memberitahu siapapun kalau dia telah dijodohkan dengan seorang pria baik yang orang tuanya harapkan. Kini aku telah melupakannya, lupa semua tentang kenangan indah bersamanya. Rasa sakit yang aku derita lah yang telah menghapusnya. Aku hanya bisa bersyukur karena Allah telah menunjukan semuanya sebelum terlambat.Yang aku ingat hanyalah kenangan buruk itu. Dan aku jadikan kenangan buruk itu sebagai sejarah hidupku yang telah kubayar mahal dengan kekecewaam. Aku hanya bisa yakin dan berharap bahwa Allah akan memberikan rencana yang lebih indah untuk hidupku. I BELIEVE EVERYTHING HAPPENS UNDER GOD’S PLAN
                                                                               
                                                                                                                       *YSR


0 komentar :

Posting Komentar

Page View

Diberdayakan oleh Blogger.
 
;