Dia memang bukan orang yang romantis, dia memang tidak
pernah membuatku merasa menjadi seorang yang spesial, tapi entah kenapa aku
suka apa pun yang ia lakukan. Walaupun kami jarang berkomunikasi itu tidak
masalah, karena aku tau dia bekerja. Sehingga setiap hari aku hanya bisa
menunggu dia memberi kabar, menunggu sepanjang hari hanya untuk mendengar kabar
apakah dia sudah sampai di rumah, makan atau beristirahat. Aku tidak harus dikirimi
pesan-pesan yang romantis, aku tidak harus mendengarkan pujian-pujian yang
membuatku terbang tinggi, hanya cukup mendengar kabarnya dan dia menanyakan
tentang aku pun sudah cukup bagiku. Mungkin dia tidak menyadari kalau hal
sekecil itu adalah hal yang paling berharga dalam hari-hariku yang sepi. Aku
selalu ingin memastikan apakah dia baik setiap waktu, menyemangatinya, dan
mendoakan yang terbaik untuknya.
Aku mengira hubungan kami selama hampir 2 tahun ini
berjalan tanpa rintangan yang berat. Sampai suatu hari, dia sakit dan harus
dirawat di rumah sakit. Pada saat dia masih di ruang ICU, seorang wanita cantik
dan berpenampilan sederhana namun sangat anggun datang menjenguk dia dengan
membawa sebuah parcel buah. Dia memperkenalkan diri kepada keluarganya, dan aku
tau bahwa dia adalah Lili teman saat dia di SMA. Lili memang
anggun dan cantik walaupun berpenampilan sederhana, dan tutur katanya yang
sangat lembut membuat semua orang senang berbicara dengannya. Lili bercerita
bahwa dia tidak kenal dekat dengannya sewaktu SMA, tapi semenjak 3 bulan yang
lalu Lili dipertemukan dengan dia karena Lili melamar pekerjaan ditempat yang
sama dengannya.
Melihat cara memandangnya pada Lili dan memberi senyum
padanya, ah aku tidak pernah melihat senyumnya yang tulus seperti senyum yang
ia berikan pada Lili. Aku tersadar, mengingat 2 sampai
tiga bulan kebelakang sikapnya yang berubah. Dia semakin jarang memberikan
kabar padaku, jika aku yang mengiriminya pesan terlebih dulu baru dia balas
memberi kabar. Padahal setiap detik aku memandangi hp ku berharap ada pesan
darinya. Dia juga jarang datang kerumahku, bahkan hanya sekedar mengobrol
santai pun dia seperti tidak punya waktu. Dan jika dia bersamaku pun dia sering
melamun memandangi hp nya seperti sedang menunggu panggilan atau pesan dari
seseorang. Kalau aku tanya, dia selalu bilang, sedang menunggu rekan kerjanya
menghubunginya. Aku menghapus pikiran-pikiran burukku dan mencoba
mempercayainya.
Ketika hari kedua dia dirumah sakit, tiba-tiba Lili
datang menjenguknya dan meminta aku yang sedang memegang semangkuk bubur memberikan
mangkuk itu padanya. Kemudian Lili mengajaknya bercerita sambil menyuapinya,
dan semangkuk bubur itupun habis dimakannya. Aku tidak pernah melihat tatapan
yang penuh kasih sayang yang terpancar dari matanya, seperti tatapan yang ia
berikan pada Lili. Hatiku terasa sakit lebih sakit dari ketika dia tidak
mengangkat telponku atau tidak membalas pesanku. Lebih sakit dari rasa sakit ketika
dia melupakan janjinya untuk bertemu. Lebih sakit dari rasa sakit saat dia
lebih senang berchatting di pesbuk daripada membalas pesanku. Aku tidak ingin
bertanya apakah dia mencintai perempuan yang sangat anggun dan baik hati itu?
Karena tanpa bertanya pun aku sudah tau apa yang dia rasakan.
Hingga suatu malam, cuaca di tempatku mendung dan aku
tidak menyangka hatiku juga akan ikut mendung. Malam itu dia pulang
terburu-buru karena takut hujan akan segera tiba. Ketika dia telah pulang, aku melihat
handphone nya tertinggal di rumahku. Dengan rasa penasaran yang begitu dalam,
aku buka facebook nya karena memang dia menyimpan password facebook di hpnya.
Aku termenung memandangnya, mataku berkaca-kaca karena selama dua tiga bulan
terakhir ini dia sering sekali mengirim pesan yang sangat romantis pada Lili. Walaupun
Lili tidak membalas pesan-pesannya, tapi hatiku teramat sangat sakit. Air
mataku tidak terbendung lagi ketika dia mengatakan
“Kehadiranmu bagai beribu bintang
yang bersinar menyinari hatiku yang telah lama gelap, aku tidak pernah
merasakan jatuh cinta seperti ini, bahkan pada pacarku sendiri. Aku bersama dia
karena keadaan yang mengharuskan ku mencintainya, karena orang tuaku terlanjur
menyetujui hubungan kami. Kini aku tidak tahu apakah aku sungguh mencintainya
sekarang. Tidak ada perasaan bergetar ketika memandangnya seperti aku
memandangmu, tidak ada perasaan rindu yang tak pernah padam ketika aku tidak
menjumpainya.”
Malam yang dingin dan gelap seakan menusuk dan
mengiris-iris hatiku, sakitnya hati ini menahan air mataku. Bibirku rasanya
kelu, lidahku tak bisa berkata apa-apa. Aku sakit. Betapa kecewanya aku,
seseorang yang aku cintai ternyata tidak benar-benar mencintaiku. Senyumnya,
candanya, tingkah lakunya semuanya palsu, hanya kebohongan belaka. Dia
mencintaiku hanya karena rasa iba dan takut aku akan kecewa. Aku hancur saat
itu, hanya air mata yang bisa aku luapkan, air mata yang terus meluapkan
kekecewaan.
Aku hanya bisa ikhlas menerima semua ini, aku tidak
mau egois, aku hanya bisa pasrah dan berdoa agar ini semua hanyalah mimpi buruk
yang akan berakhir. Cintaku tidak berakhir seperti apa yang aku impikan.
Akhirnya aku membiarkan dia pergi, aku mengizinkan dia pergi dan meminta dia
jangan khawatir dia meninggalkanku. Karena jika dia hanya mempertahankan
hubungan hanya karena takut aku akan kecewa lebih menyakitkan daripada ia
meninggalkanku. Dia meminta maaf padaku atas semua yang telah dia lakukan. Aku
hanya bisa ikhlas menerima takdir dari Allah bahwa seseorang yang ku harapkan
bukanlah jodoh ku.
Tak lama setelah itu, ku dengar dia akan melamar Lili
dan berniat menikahinya. Tapi aku juga dengar Lili telah dilamar oleh orang
yang telah di jodoh kan oleh orang tuanya. Ya, Lili ternyata tidak memberitahu
siapapun kalau dia telah dijodohkan dengan seorang pria baik yang orang tuanya
harapkan. Kini aku telah melupakannya, lupa semua tentang
kenangan indah bersamanya. Rasa sakit yang aku derita lah yang telah
menghapusnya. Aku hanya bisa bersyukur karena Allah telah menunjukan semuanya sebelum
terlambat.Yang aku ingat hanyalah kenangan buruk itu. Dan aku jadikan kenangan
buruk itu sebagai sejarah hidupku yang telah kubayar mahal dengan kekecewaam.
Aku hanya bisa yakin dan berharap bahwa Allah akan memberikan rencana yang
lebih indah untuk hidupku. I BELIEVE EVERYTHING HAPPENS UNDER GOD’S PLAN
*YSR